kalah-menang

pada akhirnya
semua hanyalah perhitungan menang-kalah
tidak akan pernah ada perimbangan
tidak pula dengan kepedulian:
pemenang adalah pemilik sejarah
dan yang kalah harus rela ditindas
bukankah hidup seakan hanya sebuah perebutan?
Menang dan kalah, inilah yang ada pada akhir

baiklah,
adalah kerelaan di akhir juang:
ketika perlawanan hanya menghasilkan kalah-menang,
kuletakkan segala setelah berakhir dengan kalah
~terima segala dengan lapang dada,
tapi
bukankah perlawananku adalah gangguan yang nyata?
Perlawananku bukanlah hal yang sia-sia

ada pula yang bertanya:
untuk apa bersusah dalam perlawanan?

Tentu, segala berawal dari cinta-kerelaan
dan keinginan: lepas, bebas dari ketertindasan

kuncup-kuncup juang bermekaran
menyambut guguran jiwa malang
tiada tawa-tangis
sekedar bahagia dalam juang
dan derap langkah pembebasan

“lawan!”

Leave a comment

Filed under Uncategorized

blues untuk Indonesia

cangkir-cangkir hening dituang rasa
ada irama letih menyayat

selembar kabar tak lelah dibaca
badai tak segera mereda
ada tangis disana
ada irama blues ‘if the devil made whisky’
pemuda-pemuda keranjingan simbol-simbol klas sosial
seakan mabuk dalam irama kehidupan

bersandar tiang memandang jalanan
roda-roda masih terus berputar liar
mengisi kekosongan jalan
berebut ingin terus didepan
pengamen dekil menggantung nasib pada trafic light
merah menyala bernyanyilah blues:
‘if the devil made whisky’

menyulut sebatang
ruas trotoar memanjang
genangan air hujan berkecipak terinjak
langkah kaki buruh lesu terikat status kontrak
jalanan kian remang
selembar kabar tak juga lelah dibaca
petani mengeluh harga pupuk dan cuaca yang tak bersahabat
ceramah politik memenuhi udara
barisan penganggur bertafakur
dan boneka-boneka kuasa bermain simbol klas sosial
ibu-ibu menggerutu tentang harga beras
nada-nada lepas ‘if the devil made whisky’

menghirup permukaan cangkir
lamunan datang menerabas
aroma nikmat seiring nada menyambut malam
blues untuk Indonesia merdeka
‘if the devil made whisky’

Leave a comment

Filed under Uncategorized

aku lihat langkahmu, kawan

langkahmu tenang kawan meski separuh darimu hancur
seperti ingin terhindar dari transaksi ideologi
kau menepi dalam sepi

adakah kau temui keadilan dalam hidup ini?
Tidak, keadilan tidak pernah ada dalam kehidupan didunia
meski berdarah2 kau mencarinya

langkahmu tenang kawan dan tanganmu terkepal
dan sajak2mu datang menggelepar

Y.R. Prasetyo

Leave a comment

Filed under Uncategorized

enaknya apa?

aku bukan Soekarno ataupun Sjahrir
pun juga bukan seorang Tan Malaka yang ksatria

pernah aku bercermin untuk jadi Gus Dur
atau merambat pelan menjelma Salahuddin Al Ayubi
mengenakan wajah-wajah:
Aidit, Chairil ataupun Gie

sekedar kukenakan kehadiran mereka
lalu satu persatu hilang, berganti lagi
jadi diri yang tak nyata:
aku dicipta puisi

 

1 Comment

Filed under Uncategorized

kedai pinggir jalan

sruput…
cangkir diam
ada aroma sejarah yang ditafsirkan

deandels
bagaimana menulisnya?
mungkin caranya sama
seperti kerja paksa

kucelupkan

darah juang terdengar

(angkat cangkir)
“cheers” di buritan kedai jalanan

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Pendidikan untuk anak jalanan

Kehadiran anak jalanan merupakan fenomena yang menggejala di kota-kota metropolitan di Indonesia, sebagaimana juga kota Malang. Pembangunan dan pembenahan kota tidak serta merta menawarkan kenyamanan dan kemudahan masyarakat dalam menikmati dan memanfaatkan hasil pembangunan, tapi juga mengundang perhatian masyarakat dari luar kota untuk mengadu nasib di kota Malang.

Pemusatan perkembangan masyarakat terjadi di kota-kota akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sistem ekonomi kapitalistik, yang memunculkan kota-kota besar sebagai pusat-pusat kehidupan.

Tribina cita kota Malang, tidak saja hanya menawarkan kesempatan besar kepada masyarakatnya maupaun pendatang untuk mendapatkan peluang kerja yang cukup besar, tapi juga terjaminnya hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan bermanfaat.

Anak jalanan merupakan komunitas anak-anak masyarakat di daerah perkotaan yang tidak terwadahi oleh lembaga-lembaga legal pemerintah. Dinas pendidikan kota Malang mencatat angka putus sekolah di kota Malang hingga tahun 2007 menunjukkan trend penurunan dengan lebih menekankan anak putus sekolah bukan berarti berhenti sekolah, dan semakin banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang menampung pelajar dari keluarga yang kurang mampu.

Namun hal ini sangatlah meragukan jika melihat fakta dilapangan, dimana kehadiran anak jalanan yang terlihat banyak mengisi ruang-ruang kosong jalanan Kota Malang. Kemungkinan Dinas pendidikan Kota Malang tentang anak putus sekolah bukan berarti berhenti sekolah benar adanya, dengan memandang anak jalanan juga merupakan pelajar. Sebagaimana isi lagu Iwan Fals “Sore Tugu Pancoran” yang bercerita tentang dua sisi kehidupan seorang pelajar yang harus bekerja sebagai penjual koran.

Jika hal ini benar adanya, sangat berat tentunya beban yang ditanggung para pelajar yang saat ini juga berada dijalanan.

Sistem ekonomi kapitalistik menuntut globalisasi ekonomi dengan menyeragamkan hak dan kewajiban masyarakat, telah menggeser kaidah hubungan sosial kemasyarakatan dengan hukum tunggal pasar, tawar menawar. Semua itu telah pula merubah pola pikir masyarakat untuk lebih mementingkan (mengedepankan) pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari daripada pendidikan.

Tentu saja, dijaman serba sulit dengan kesempatan yang semakin sempit, masyarakat akan lebih memikirkan cara untuk bertahan hidup daripada mengembangkan diri, makna kerja dan pekerjaan pun hanya sebatas syarat untuk bertahan hidup.

Pola pikir ini telah dimiliki oleh masyarakat yang serta merta anak-anak jalanan yang lebih senang mendapatkan pekerjaan ketimbang mendapat kesempatan untuk bersekolah, meskipun gratis. Karena mereka berpikir, segalanya hanya dapat dimiliki dengan dibeli termasuk pendidikan, bahkan kehidupan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan legal untuk menjamin hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan juga mulai terjangkit globalisasi ekonomi. Ribuan lembaga pendidikan berlomba mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 untuk selanjutnya dapat merealisasikan sekolah berstandar internasional. Tentunya bukan hanya untuk sekedar menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, tapi juga untuk meningkatkan nilai jual bangku-bangku sekolah.

Dengan kenyataan seperti itu, dapat diungkapkan bagaimana hingga anak jalanan tidak terwadahi dalam lembaga-lembaga pendidikan, bahkan pandangan masyarakat dan pemerintah mulai berorientasi bahwa anak-anak jalanan adalah kelompok yang perlu penanganan khusus dalam pendidikan. Orientasi berpikir anak jalanan tidak pada pentingnya memperoleh kesempatan untuk pendidikan dan mengembangkan diri, tapi lebih pada kesempatan untuk dapat bertahan hidup.

Anak jalanan bukan hanya merupakan anak putus sekolah, dengan cukup dominannya kehadiran anak-anak yang mencoba bertahan hidup dijalanan dengan berpindah-pindah tempat tinggal.

Pola hidup anak jalanan yang menggantungkan hidup di jalanan, telah pula mempertemukan mereka dengan beragam budaya yang terbawa dalam karakter dan kebiasaan beragam orang yang mereka temui di jalanan. Dijalanan, sangat mudah untuk menemui orang dengan beragam karateristik kebudayaan yang melatarbelakangi kepribadian orang.

Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak yang berada dalam masa pembentukan karakter, dimana masa kanak-kanak yang diwarnai dengan peniruan tingkah laku orang lain dilingkungannya.

Dalam masa pembentukan karakter ini, tanpa ada peran pendampingan dari orangtua dan lembaga pendidikan, tentunya akan lebih banyak berdampak negatif bagi anak-anak dalam membentuk kepribadiannya.

Agresifitas dan bahkan kebingungan secara gender sangat memungkinkan dialami oleh anak yang dengan mudah mengakses keteladanan tanpa adanya peran pendampingan yang mampu memfilter informasi. Bukan hanya peran orang tua dan lembaga pendidikan, peran masyarakat sebagai motifatoris tentunya sangat diperlukan.

Tentunya, diharapkan pula lembaga-lembaga pendidikan legal seperti sekolah, dapat memperbesar kapasitasnya dalam menampung siswa dari keluarga tidak mampu, tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah, mengingat pemerintah menghapus bantuan 6 miliar untuk pendidikan bagi siswa dari keluarga tidak mampu yang sebelumnya mampu menjamin hak memperoleh pendidikan sekitar 5000 siswa di Indonesia.

Dengan tribina citanya, Kota Malang sebagai kota pendidikan tentunya pemerintah kota Malang mampu mengupayakan jaminan hak memperoleh pendidikan bagi seluruh masyarakat kota Malang, tidak hanya sekedar menyajikan gedung dan fasilitas sekolah yang mentereng dengan sertifikat dan standar internasional tanpa memperdulikan hak mendapat pendidikan bagi anak jalanan. Lebih jauh lagi, tentu bila pemerintah serius dengan hal ini, keberadaan sekolah-sekolah alternatif bagi keluarga tidak mampu tentu tidak akan diperlukan, karena sekolah negeri adalah sekolah rakyat dan pendidikan adalah hak masyarakat.

Leave a comment

Filed under Uncategorized

kopi

(I)
Secangkir kopi nikmat kiriman malaikat

seperti seribu tahun yang lalu
ketika ia tanam sebutir bibit dari surga
sebagai hadiah nikmat untuk manusia
yang penuh rasa dan cinta
kini, kuseduh nikmat yang hangat
dan tak lupa ucap syukur kepada Yang Maha Esa

pekatnya tak menghalangiku untuk mereguk
dan benarlah kata orang
secangkir kopi nikmat kiriman malaikat
mengajak untuk selalu mengingat
akan rasa dan cinta

mungkin untuk itulah malaikat
menanam sebutir bibit di tanah Ethiopia
selalu ingatlah akan cinta
bukan angkara

(II)
hadir di tepi malam
beralas tikar dalam temaram lentera
bersama sahabat
seabad segelas kopi

duduk disini
serasa sedang menjelajah
menerabas batas ruang dan waktu
kembali ke masa lalu
keluar dari batas wilayah kedaulatan
negriku
hingga kembali jatuh berkeluh kesah
akan lelah hati yang mengembara
dalam sejarah

disini nyata kutemukan
bingkai-bingkai nada dalam do’a
nyata kulihat
wajah-wajah pekerja menggurat tegas
datang melepas lelah
nyata kudengar
suara-suara penyapa malam
membahana dalam dahaga dan gelisah

tidak sedang bersama sastrawan dan wartawan
dalam tradisi Naguib
bukan pula sedang bercengkrama
dengan cendekiawan
melontarkan teori-teori filsafat
dan rumitnya politik

disini, bukanlah Kiva Han
Konstantinopel pada 1475
dengan segala gebalaunya

bukan pula di kafe-kafe pelataran kotamu
dengan segala kemilaunya

disini bersama petani dan anak-anak mimpi
bertukar kisah yang kian resah

inilah gubug warung kaki bukit
tempat kutemukan sahabat
seabad segelas kopi

(III)
panjang sejarah melarut
dalam hirup nikmat yang terkecap
ada rasa ada cinta
karena inilah seseorang menjadi manusia
oleh rasa, bangsa ingin berubah
dan berani menantang maut demi cinta

bagaimana gempita perlawanan
berawal dari secangkir nikmat?

tentu, hangatnya mengajak untuk selalu ingat:
hanyalah rasa dan cinta
yang menggugah kesadaran
manusia

dari tanah Mesir hingga warung pesisir
tempat pengembara menuliskan syair

(IV)
hanyalah karena rasa
yang dibiarkan mengendap
tertuang bahagia mengusir resah
inilah cinta
mengendap dalam hangat dan semerbak rindu
biarkanlah rasa mengalir tanpa ragu
karena nikmatnya hanyalah untukmu

(V)
berada disebuah meja
sudut malam kotamu

cangkir putih cantik
menyendiri suguhkan harum

didepan ada sepasang muda
berdua menjalin cinta
saling bertukar senyum dan manja

ada dua kuntum mawar
merekah merah
kedua-duanya tautkan kisah
akan rasa
yang pernah tumbuh
oleh asmara

ada dua lilin
dua – duanya diam membisu
berpijar tenang
menyerah pada alam

angin melintas bisu
aku hanyut dalam rindu

(VI)
kembali langkahku harus terhenti
bukan letih atau dahaga yang menyiksa
tapi aroma yang menggoda

kedai – kedai tempat bersinggah
selalu tawarkan nikmat pengusir resah

ada selembar menu yang harus dibaca
sajian dari seluruh belahan dunia

aku bak seorang raja

menerima upeti panen kopi
dari negeri – negeri terjajah

ramuan nikmat dari beragam bangsa:
Arabica, robusta, canephora, liberica

dan astaga!
Ini harga memang pantas untuk raja
bukan untuk pengembara
(VII)

hajo
kamoe melajoe
tak poenja kata temoe saat koe djamoe

lihatlah ramoe nikmat poenja bangsa jang sekarat
dalam gelas katja mengendap gelap

ah, terasa nikmat

apakah kaoe poenja?
Sebab kami tiada berpoenja

ini rasa poenja negara
kami hanja sanggoep oetjap merdeka

meramoe nikmat hanja oentoek bersahabat
djadi djangan engkaoe embat

(VIII)
qishr, kini sebut saja kisher
ramuan sahabat dari jazirah Arab

dirampas dari tangan – tangan bangsawan
tunjukkan rakyat berani melawan

tentu saja
orang mana yang ingin ditindas
hidup dengan hak yang terampas

ini kopi bikin mabuk
setengah ngantuk aku tulis sajak

ah, ternyata
ramuan ini memang pengganti anggur

dalam perjamuan di Palestina
tanah yang belum juga merdeka

ada perjuangan dalam aromanya
ada prinsip yang harus selalu dibela

inilah rasa dan cinta
hanya untuk manusia

(IX)
bersama kawan berbincang
pada sebuah gubug tepi jalan
menyambut malam sehabis hujan

hati berlayar jauh kedalam sebuah cangkir
bagai lembaran samudra yang menghitam
oleh kisah yang beragam

ada nada yang terdengar didalamnya
menyayat kelam tapi tenang

hampir tiada mampu untuk dimengerti
syair – syair yang bercerita tentang kepedihan
temukan nada tenang dalam sebuah cangkir

mendengar Eric Clapton, Gary Moore dan Jimmy Hendrix
seperti sedang berkeluh akan pahitnya hidup

sore pada gubug tepi jalan
blues mengalir bersama nikmat yang terhirup

(X)
kupikir: sungguh aneh perjamuan disini
secangkir kopi pahit tersaji hangat
lengkap dengan sepotong gula merah

orang – orang sibuk dalam cerita dan canda
tangan – tangannya memelintir tembakau
adapula yang pingin hanya ampas
buat melukis pada sebatang rokok

ternyata beginilah awalnya
awal yang baru kukenal
perjamuan awal secangkir kopi
bersama para petani

kuhirup pahit hitamnya hidup
lalu kugigit sedikit gula merah
seperti mengunyah manis hatimu

2 Comments

Filed under Uncategorized

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

1 Comment

Filed under Uncategorized